
Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Bakteri ini dapat menyebar melalui darah atau urine hewan yang telah terinfeksi. Gejala awal leptospirosis sering kali menyerupai flu, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot.
Meskipun tergolong penyakit yang jarang terjadi, leptospirosis tetap perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti meningitis, kerusakan ginjal, hingga gagal hati.
Untuk meningkatkan kewaspadaan, mari simak penjelasan lengkap mengenai penyakit leptospirosis berikut ini.
Pengertian Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans. Beberapa hewan yang kerap menjadi sumber penularan antara lain tikus, anjing, dan hewan ternak.
Penyakit ini umumnya berkembang melalui dua fase utama:
- Fase Leptospiremia (Septisemik)
Merupakan fase awal yang terjadi dalam rentang waktu 2 hingga 14 hari setelah terinfeksi. Pada tahap ini, bakteri menyebar melalui aliran darah dan dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. - Fase Imun
Pada fase ini, bakteri telah berpindah ke organ-organ tubuh tertentu, terutama ginjal, dan akan dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu, diagnosis pada tahap ini dilakukan melalui pemeriksaan urine.

Penyebab dan Cara Penularan Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang hidup dan berkembang biak di ginjal hewan. Penularan ke manusia dapat terjadi melalui beberapa cara berikut:
- Kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi.
- Terpapar air atau tanah yang telah terkontaminasi bakteri.
- Mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular leptospirosis antara lain:
- Bekerja dalam bidang yang berhubungan dengan hewan, seperti peternak atau dokter hewan.
- Bekerja di area tambang atau sekitar saluran pembuangan.
- Tinggal di wilayah rawan banjir.
- Sering melakukan aktivitas luar ruangan seperti berkemah atau berenang di alam bebas.
Meskipun jarang, penularan dari manusia ke manusia juga dapat terjadi, misalnya melalui hubungan seksual atau pemberian ASI dari ibu yang terinfeksi.
Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Beberapa gejala awal yang umum muncul meliputi:
- Demam tinggi
- Sakit kepala
- Nyeri otot, terutama di betis
- Mual dan muntah
- Diare
- Nyeri perut
- Mata memerah
Jika tidak ditangani secara tepat, infeksi dapat berkembang menjadi sindrom Weil, yaitu bentuk leptospirosis berat yang dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh. Gejala sindrom Weil meliputi:
- Demam tinggi
- Sesak napas
- Kulit dan mata menguning (jaundice)
- Batuk berdarah
- Nyeri dada
- Penurunan jumlah urine
- Feses berwarna kehitaman
- Darah dalam urine (hematuria)
Proses Diagnosis Leptospirosis
Untuk menegakkan diagnosis leptospirosis, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan medis, di antaranya:
- Tes darah: Untuk mendeteksi antibodi (IgM) terhadap leptospira, serta memeriksa fungsi hati dan ginjal.
- Tes urine: Menggunakan metode rapid test atau ELISA untuk mendeteksi keberadaan antibodi dalam urine.
- CT Scan atau USG: Untuk memantau penyebaran infeksi ke organ dalam.
- Rontgen paru-paru: Untuk mengevaluasi kemungkinan infeksi yang menyebar ke sistem pernapasan.
Penanganan Leptospirosis
Pada kasus dengan gejala ringan, leptospirosis dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar satu minggu tanpa penanganan khusus. Namun, jika gejalanya berat, penanganan medis yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi.
Pengobatan Medis
- Antibiotik: Merupakan terapi utama untuk membasmi bakteri penyebab infeksi.
- Obat pereda gejala: Seperti paracetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri.
Perawatan di Rumah Sakit
Untuk kasus yang lebih serius, pasien mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit, yang dapat mencakup:
- Pemberian antibiotik melalui infus
- Infus cairan untuk mencegah dehidrasi
- Ventilator untuk membantu pernapasan jika terjadi gagal napas
- Transfusi darah bila terjadi perdarahan berat
- Hemodialisis (cuci darah) bila terjadi kerusakan ginjal
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Jika tidak ditangani dengan baik, leptospirosis berisiko menimbulkan komplikasi serius, antara lain:
- Sepsis
- Perdarahan pada saluran cerna atau paru-paru
- Meningitis
- Gagal hati
- Gagal ginjal
- Radang mata
- Gagal jantung
- Keguguran pada ibu hamil
Sumber Referensi :
- World Health Organization (WHO) – Leptospirosis Fact Sheet
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC) – Leptospirosis
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Penulis : PKRS