Sejarah Rumah Sakit Santa Elisabeth

Ganjuran adalah sebuah dusun kecil yang pada tahun 1920-an masih terpencil dan kurang dikenal. Terletak di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Ganjuran berjarak sekitar 20 km dari Kota Yogyakarta. Sebagian besar penduduknya hidup dari bercocok tanam. Pada tahun 1862, keluarga Schmutzer mendirikan pabrik gula “Gondang Lipuro” di Ganjuran. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekitar pada tahun 1920 Ny. Schmutzer mendirikan sebuah poliklinik yang mampu melayani 40-50 pasien per hari.
Perjalanan Perkembangan Menjadi Rumah Sakit
Pada tahun 1930, atas saran seorang karyawan, poliklinik berkembang menjadi Rumah Sakit Santa Elisabeth. Rumah sakit ini diresmikan pada 4 April 1930 sebagai hadiah ulang tahun Ny. Schmutzer dan dikelola oleh Kongregasi Suster CB dari Belanda. Empat suster misionaris tiba di Ganjuran pada tanggal 4 April 1930, yakni: Sr. Cunegundis CB, Sr. Barbarine CB, Sr. Iris Groot CB, dan Sr. Ammonia Ruyg CB. Untuk memulai pelayanan kesehatan dan sosial, termasuk mendirikan sekolah dan panti asuhan.Rumah sakit berkembang pesat dengan mendirikan tiga poliklinik di Pete, Kretek, dan Bantul. Namun, pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), rumah sakit diambil alih dan pelayanan kesehatan menurun drastis. Banyak masyarakat menderita penyakit seperti TBC, beri-beri, dan frambosia.
Pada tahun 1946, Rumah Sakit Santa Elisabeth selama periode ini, pelayanan semakin berkembang dengan pendirian poliklinik tambahan di Celep dan Guntur Geni.Tahun 1954, rumah sakit dikembalikan kepada Kongregasi CB. Perkembangan terus berlanjut dengan pembukaan Sekolah Juru Kesehatan (1964) dan Sekolah Pengatur Kesehatan (1966), serta peningkatan kapasitas tempat tidur menjadi 100.
Pada 2 September 2000, Yayasan Carolus Borromeus menyerahkan pengelolaan rumah sakit kepada Yayasan Panti Rapih untuk mempertahankan pelayanan kesehatan Katolik bagi masyarakat Ganjuran. Serah terima ini dilakukan melalui akta notaris dan sejak saat itu, Rumah Sakit Santa Elisabeth resmi menjadi bagian dari Yayasan Panti Rapih.
Pembangunan tahap II berupa gedung rawat inap dan gedung penghubung dimulai tanggal 2 Oktober 2006 dan selesai 31 Agustus 2007, dilaksanakan oleh PT Rahayu Trade and Contractors, Yogyakarta. Pembangunan tahap III berupa gedung penunjang nonmedis (dapur, laundry, workshop, IPAL, dan incenerator), dimulai tanggal 22 Oktober 2007 dan selesai tanggal 1 Maret 2008, dilaksanakan oleh PT BB&T HAKA, Yogyakarta. Pembangunan tahap IV atau terakhir berupa kamar operasi dan kamar bersalin, dimulai tanggal 28 April 2008 dan selesai tanggal 24 September 2008, dilaksanakan oleh PT BB&T HAKA, Yogyakarta. Dengan selesainya pembangunan tahap IV, maka selesailah pembangunan Rumah Sakit Santa Elisabeth, Ganjuran.
Pemberkatan dan Peresmian Rumah Sakit Santa Elisabeth dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2008. Perayaan Ekaristi Konselebrasi Pemberkatan Rumah Sakit Santa Elisabeth dipimpin oleh Mgr. Ignatius Suharyo dan peresmian oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diwakili oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Pengguntingan buntal oleh GKR Hemas. Kala itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X mendadak dipanggil menghadap Presiden Susilo Bambang Yudoyono di Jakarta. Sebagai gantinya, Ngarsa Dalem mengutus GKR Hemas ke Rumah Sakit Santa Elisabeth. Pagi itu, GKR Hemas datang dari Jakarta dengan pesawat yang paling pagi. Dari Bandara Adisucipto beliau langsung menuju Rumah Sakit Santa Elisabeth, Ganjuran. Hal ini menunjukkan komitmen kerakyatan Raja Keraton Yogyakarta.
Dari tahun ke tahun, Rumah Sakit Santa Elisabeth mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup baik, walaupun belum sebagaimana yang diharapkan. Kinerja pelayanan dan kinerja keuangan belum menggembirakan. Akibatnya, Yayasan Panti Rapih harus memberikan subsidi biaya operasional setiap bulan dengan jumlah yang cukup besar. Perizinan juga dipenuhi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.